Penulis: Reska K. Nistanto | Sabtu, 1 Maret 2014
Ilustrasi cloud computing |
KOMPAS.com — Microsoft dan Google memiliki platform layanan komputasi awan (cloud computing) sendiri-sendiri. Baik Google maupun Microsoft, keduanya mengklaim bahwa layanan cloud saat ini sudah aman.
Pengguna layanan cloud Google dan Microsoft sudah bisa melupakan ketakutan-ketakutan saat ingin menggunakannya, seperti data yang diintip atau hilang dan tak bisa dikembalikan.
Pengguna layanan cloud Google dan Microsoft sudah bisa melupakan ketakutan-ketakutan saat ingin menggunakannya, seperti data yang diintip atau hilang dan tak bisa dikembalikan.
Hal tersebut disampaikan Google dan Microsoft di ajang tahunan RSA Conference di Moscone Center, California, Rabu (26/2/2014), seperti diberitakan oleh Cnet.
Lalu, jika sama-sama mengatakan sistem cloud mereka aman, apakah lantas keduanya mau saling menggunakan layanan cloud kompetitor?
Microsoft Chief Information Security Officer, Bret Arsenault, mengatakan bahwa jika suatu waktu Microsoft menggunakan layanan cloud milik Google, hal tersebut adalah semata-mata karena faktor bisnis.
Sementara pihak Google yang diwakili oleh Eran Feigenbaum, selaku Google Director of Security for Google Apps, menjawab dengan lebih diplomatis, "Saat ini kami juga menggunakan beberapa sistem cloud kompetitor, tetapi sebagian dari mereka juga menggunakan layanan kami."
Feigenbaum pun menegaskan bahwa inti dari permasalahan cloud computing selama ini adalah kepercayaan. Menurut Feigenbaum, kepercayaan tersebut bisa dibangun melalui komitmen akan keamanan dan privasi antara penyedia dan pengguna layanan cloud.
Sementara menurut konsultan keamanan independen, Bruce Schneier, untuk menghadirkan layanan cloud yang aman, menurutnya semua itu bergantung pada kemampuan perusahaan dalam membangun kepercayaan yang kuat.
"Layanan cloud itu ibaratnya menyimpan data dalam hard disk orang lain, apakah saya bisa percaya jika perusahaan lain menyimpan data milik saya?" terang Schneier seraya bertanya.